Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Dan Aku

Aku bukan penyair
ataupun pujangga
tak guna sunyi ku pelintir
hari malah makin getir

Hujanpun masih mengguyur sedu
selama musim dalam ketetapan
sepanjang pucat lorong waktu
:kami ciptakan

Dan api ini padam, basah
nyala mereda, usailah

Tak guna sepi terlalu ku pelintir
dengan lembaran kata-kata
karena aku bukan pujangga
ataupun penyair
hanya jiwa gundah tersisih
terdorong ke tepi

(ES:02082010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar