Setiap helai bulu mata gugur merupa serpih menghujam puncak Everest
Setiap airmata ruah merupa bulir tetes embun di danau Eyre
Setiap jengkal dahaga seperti kaktus di bentangan Sahara
perlahan seperti lukacita tersiram secawan cuka
Rasa gigil tersulam menggalah wajah purnama
merajam kelam jelaga tanpa belas kasihan
dahaga kelana perih lirih tak terperikan
menghimpit serpih dinding sunyi
menjadi kidung tembang-tembang pesakitan
Badai kabut menggelayut menggores dengan beling
terhempas remuk kesumat dendam pada malam-malam hening
hingga tetes-tetes merah gemeretak di ujung belati berlumur serapah
menujah hujat ke jantung dada langit dan bumi semesta
Patah burai reranting hati di catra senja
tumpah milyaran bintang di atas nisan mengalir ke liang telaga
merah raut purnama berkafan airmata
muntahi kelam lembaran sungsang kisah luka
Sungguh
duka perih tak jua terperikan
hingga titik tak berkesudahan
(24082010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar