Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Peluh Yang Memerah

Bara air peluhku kering mengerak di pori-pori
yang muntahkan pijar magma ke dada bumi
selepas menggalah sepiring senyum padi
hikmah berpadu tereguk dalam hangat secangkir puisi
di teduh rinai hujan yang bertandang malu-malu

Segala puja-puji asmaMU
atas jalang matahari yang bukakan pintu-pintu langit

(ES-20082010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar