Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Kau Mabukkan ku

Cahya bulan sabit
seperti ingin menjelaskan
:di antara alis matamu yang rimbun
ada jurang cekung yang menganga
mungkin titian tak kan pernah tercipta dari bahasa
namun semerbak mabuknya akan anggur pada sebuah musim
membuat kita tak perduli lagi pada kata-kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar