Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Lirih

Adalah malam di taburi kerlap gemintang
dengan hati tunggal dan impian sakral

Dari udara lembab di lembah ngarai
memuting hingga ke langit pucat pasi
lalu jiwa menembangi dawai lirih

Cinta yang begitu singkat dari relung suara
menggaung serak dalam rongga cermin tua
namun begitu lama untuk melekanginya
sebab malam-malam tanpa batas
dan waktu-waktu melilit dada
membakar hari dengan menumbalkan pengorbanan

Embun jatuh ke rerumputan
terbawa angin membisiki dedaunan pohon yang memutih

Meluka kesendirian
dalam duka yang ditinggalkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar