Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Dongeng Para Dewa

Badai erebus menilin ringkihnya biduk
terpasung sauh terhempas karang angkuh
nyalang gorgon merubah serpihan salju menjadi batu
sang eros berlari telanjang memungut luka busur di tangan
sementara di bibir pantai
aires menggandeng serdadu api menunggu kematian

Hey orfeus!!
Petikkan dawai-dawai liramu
mencairkan prahara sayap-sayap patah
di telinga panglima bernyanyi kidung lirih
mengunyah lara bernanah
atau sulam iramamu dengan harpa berdendang masokis
biar sabit tak menghujam langit yang miris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar