Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Mencandu Perjalanan Rindu

Aku melihat impian di tiduri hasrat tiada rupa
berbelit kusut berlumur dahaga jelaga tak berhumus
ketika rindu mencumbu hari tiraikan logika
saling kais berburu curi geliat lompatan waktu

Dari produk cinta yang merahimi rasa
silih berganti mengeja gelombang hati
terkadang hempas libas karang mencari tepi
sambil menjabar 'sayang' yang jenuh memaruh senyum

Lalu aku mencandu pada bait-bait sunyi
tentang riuh rendah ruang hampa tak tertata
penuh serpihan akan gairah wajahmu terserak di lantai hati
pada tiap gugur detak-detik samsara ku punguti
dalam koper bingkai lukisan puzzle yang kau bawa pergi

(23112010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar