Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Ku Titipkan

Angin
kau takkan pernah jenuh
memenuhi rentang ruang dan waktu
silih berganti
di setiap denyut aorta
memandangnya dari kisi-kisi jendela

Maka bawalah lembaran buku hati ini
dengan jemari halus dawai liramu
:kepada ingatannya

Sampaikan sayap-sayap embunku
yang selindapkan tipis selendang kabut
di tanah basah cumbui prahara
negeri senja
untukmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar