Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Demi Masa

Setiap hari di rengkuh dekapnya tangan dan tubuhku
memberi goresan dalam lembaran buku hatiku
singgah kemudian berlalu

Seperti penghuni neraka jahannam
kala kulit
daging
dan belulang di panggangan rajam
lalu kembali rasa itu utuh
untuk sebuah derita yang panjang

Kehidupan yang hidup
adalah berpeluh-peluh dalam mimpi berkepanjangan
kematian adalah awal sejati kehidupan

(03092010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar