Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Sore Yang Hujan

Senja gemetar mengelus ilalang
di bawah langit kuyup oleh derai hujan
dengan sabar mentari di balik selimut gemawan
kembali ke lain singgasana peraduan

Udara melembab
sisakan kabut di pangkuan tanah basah
untuk menyulam retakan pundi-pundi gelisah
penawar lara yang mengembara
jauh ke ranah berantah

Malam menggeliat
telentangkan dada
berbuih rahimi lautan rasa
menyihirku dalam persekutuan imaji kisah
tentang gugur dedaun
dan bunga karang di musim gerhana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar