Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Sembelit Bulan Dan Gemintang

Beberapa benih gemintang tumbuh di biji kepala

polos serupa luas malam dengan purnama hampir sempurna



Serta lalu langit berubah merah

menahan serdadu gemawan bertandang

mencubit malam bermain di rahim lautan dengan gelombang

merubah raut karang jadi sempoyongan

usai terguyur segentong anggur dalam rinai deraian hujan



Namun gemintang tak jua retas susuri masa

radangi alur aorta menyauh pada tepi pantai yang entah



Titah-titah kudus di kunyah

ketika ayat-ayat cinta ruah

tubuh tergetar gemetar

silih berganti halimun berpendar

menyulut angin yang tunggangi segala

pada lorong-lorong masa di dada senja



Gemintang sungsang dalam janin

musim-musim menjadi sumbing

bulan bening pun teriris

laut menjadi sesak di himpit langit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar