Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Siangmu Ayunda

Ingin ku seka peluh di keningmu
ketika angin menebar tandurkan
biji-biji ilalang di ladang yang berkeringat

Kita harus tekun bercocok tanam
sebab ranah tak lagi begitu ramah
sejak Tuhan marah pada kakek-nenek moyang kita

Musim-musimpun cemberut
menghukum dengan gemuruh air bah
serta debu kerontang silih berganti bertandang
dengan onak yang membiak beranak pinak

Ingin ku seka peluh di keningmu
tapi kau hanya menebar senyum
sambil mengulum jagung
dan membiarkan bekas arangnya
tersapu pada punggung lengan

Ayunda
bolehkah aku menciummu
dengan bibir yang tertusuk angin?

(13092010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar