Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Kerinduan Sahabat

Indah jemarimu tembangkan irama kehangatan
jumlahan rahim kata menari jejaki lembaran
berpinak dalam kanvas bercatra pelangi
sejukkan dinding-dinding hati penuh cita kasih

Kau sentuh labirin rasa yang kusimpan rapi
dengan halaman-halaman syair dan puisi
melukis nirmala dalam jilidan buku hati
agar di waktu-waktu sempit
dapat ku eja indahnya kembali

Ah, masa mencanduiku;
pada larik nyanyian heningmu
pada lentik tarian jemarimu
pada rangkaian bait-baitmu
Setiap lembar kenangan itu
Kan tersimpan rapi dalam relung hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar