Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Pada Duka Dan Senyummu

Kala sedu jiwa tak lagi mengaraki air mata
senyum mu pulang pada ketiadaan

Kala gundah hati rebah
pada dinding-dinding rasa
tawa mu pun kembali pada sedia kala

Meninggalkan
Tanpa kata

Berlalu bersama waktu
menyisahkan sembab biru
di keheningan ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar