Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Duka Tak Usai Di Palestin

Tik..Tok..Tik..Tok..
Detak pikuk peradaban bumi
melaju keras menggilas nurani
cuaca badai di tanah belahan timur
tak juga membawa pesan sukur

Tik..Tik..Tik..Tok..
Surya langit terselimut abu awan hitam
malam-malam menggelayut beriring ruh-ruh mencekam

Tik..Tik..Tik..Tik..
Penuh sesak udara aroma amis darah
tanah kering menjadi basah
usai gaduh peluru di arena iblis berpesta pora

Tok..Tik..Tik..Tok..
Musnah
Berubah tangis menjadi senjata
terubah harapan menjadi wajah murka

Tik..Tok..Tok..Tok..
Kami mengetuk pintu kebesaranMU
Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar