Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Setelah Kemarin Menguap Dari Endapan Buih

Menjala lembar usang
seluas samudera pada lengkung langit malam
sibak sisa bara tenggelam dalam lucutan lidah surya

Ku rentang tanda pada sebuah bayang
seperti suarmu menampar-nampar pantai
mengawali kegelapan dengan sepotong asa
ke dada malam
lalu menjala gelombang kesedihan
bersarang sejauh perjalanan

Burung-burung malam mematuk bintang
seperti jiwaku ketika mencintaimu
menandur benih gandum di ladang terbakar gerhana
cinta yang membuktikan dengan bahasa airmata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar