Kesunyian yang di bangun
dari puing-puing tumpukan batu
berlumut di dinding-dinding malam
mengendap pada waktu terus menanjak
Menjulang hitungi jejak
dalam isyarat perjalanan panjang
Gemintang tak tumbuh pada langit kerontang
sedang detak-detik telah lenyap ke balik bumi
hanya unggas-unggas malam saling bermesraan
Terbaca di dada bayu
kebisuan pekat senja merah
dan hujan yang masih basah tertahan
lalu menjadi saksi jalan-jalan berputar
seperti kata-kata
pada malam-malam meregang gigil dan menciut
Tapi surya tetap membara bumi
ketika mayat-mayat tegak dari kematiannya
Semua dalam kesunyian ini
tersusun dari puing reruntuhan
dan kebisuan
lorong-lorong gang
dan ruang tak berujung
Kesunyian menghitam pada patung
dan menjilati kalimat gelap
tapi senantiasa di baca masa
dengan mata gemeretak
memilihku menjadi salah satu dari temannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar