Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Manusia, Neptunus dan Anak-Anak Perempuan Sang Laut

Tercipta sabda kasih dari palung samudera hati
menyeruak jelma di usung anak-anak peri sang laut
mengaliri simfoni asmaradhana pada karang angkuh diri
luluh lebur ke liang kelam dingin berkabut

~Bidadari menari di pucuk bunga ilalang
padang gersang yang panjang bergelombang
buih debu-debu peradaban
tebal mengheret pecut surya dan bulan yang jalang
dingin telanjang
lepuh gigil hati dalam irama laut kasmaran

~Mengalir anyir darah di atas sanjungan titah negara
jerit mesiu mengoyak udara
menunggang halimun goresi pasir-pasir pantai
terbias gelombang rasa hampa
hilang dalam prahara bernisan masa

Altar perjamuan ishtar mengembun di ranjang-ranjang malam
namun cawan-cawan anggur kering layu dari musim cendawan
anak panah amór patah sungsang di jantung jaman
neptunus dan manusia mendagu langit dan hati saling berkejaran

(04092010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar