Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Keheninganmu

Aku suka memandang diammu
di antara bayang dan ruang
lalu mendengarkan dari kejauhan
dengan suara yang tak bisa menjangkaumu

Pandanganmu yang terbang menjauh
dengan mulut terbungkam
sebab aku membungkuk untuk menciummu

Sama halnya dengan semesta benda mengisi jiwa
kau datang untuk memenuhinya

Seperti keindahan kekupu datang di awal mimpi
kaulah kata-kata dalam kemurungan jiwa

Aku suka keheninganmu
seperti kesederhanaan kerlip gemintang jauh
dalam kesunyian malam
serta sekelumit kata cukup untuk membuat tersenyum
dengan keyakinan bahwa kau akan datang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar