Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Rumah Badai

Ini rumah penuh duka
cecer jejak darah menikam rasa
jumlahan kelam terendap pendam
seribu kematian tak cukup lampiaskan dendam

Kelam tersimbah resah
karamkan senja layu di bakar bulan
pada apa kau titip asa
jika kabut menirai jalan?

Pasunglah cintamu
irislah hatimu
hempaskan imajimu

Biar jiwa tenang
membisu dalam lengang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar