Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Senja Dan Malam

Ada tentang yang tersengal di rekahan musim masa
menunggangi angin meliuk pucuk-pucuk akasia menuding cakrawala
berjingkat menyulam jejala halus pada ujung retina
lalu menyelubungi jubah senja menjadi pekat merah

Hening rebah embun di ranjang malam menumpuk
bilur biru terjegal-jegal prahara menelusuk
menyuluh secanting lilin dalam badai suci
menggeliat dari lilit riak rakar-akar hidup yang mengoyak bumi

Jengkalan ruas nestapa menyeruak serpihan hati
terserak di telaga sepi
di gapit pungut tiada tepi
lalu terburai lagi

(02082010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar