Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Hujan Sehari Diujung Jalan

Matahari berdiri telanjang
enggan cemerlang di buru hujan
hingga senja berupa luka suram
menggigili rerumputan dan ilalang

Luas wajah malam
tak menyisahkan sepotong bulan
hanya pekat endap berkabut menggelayut
di jalanan basah menikam kelaparan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar