Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Yang Diam-Diam

arimata sebening mataair
tercurah-menelaga
menguap terseret angin
menampar tampar asin-getirnya laut
ombak menepi
menghitung pasir di bawah mendung
tapi titik masih janin di rahim bulan
berkerut pelupuk hari direnggut dendam
rindu yang sering diam-diam menikam