Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

01:48 *

Ada banyak kata tercurah
di antara mulut-mulut kita kian berbusa
mengasah gairah hangat untuk retaskan dingin
dengan riang buatan yang selimuti samsara penuh kegelisahan

Di sini
selembar tembikar lesehan
menjadi saksi dinginnya dada malam puncak gundaling
mencurahkan luka-luka merah jingga
bersama tumpah embun yang mencubit sumsum
ketika rajuk petang menderaikan deras hujan dalam perjalanan
serta lalu menyisahkan kabut tebal
di balik selimut tebal ranjang-ranjang mimpi.

* Berastagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar