Biarlah aku tetap menyulam sarang hatimu
di cekungnya mata dengan ratapan gebu yang berdebu
mengeja kesaksian yang memburam
:pengasingan Qais (Majnun)
di puing-puing bangunan belantara pegunungan
pada hamparan ranah jazirah arab
Begitulah dengan berjingkat diam
cinta menikam setiap hela denyut jantungku
Entah berapa jauh lagi putaran musim membeku kelu
dan mengendap dalam telaga
darah yang tetap mengaliri nafas
kekal dalam cawan-cawan menampung kesaksian hijrah
dalam pelarian berikutnya
Hingga perjalanan ini meleleh
dari sketsa lembaran buku hati
dan musim yang bersayap
(11092010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar