Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Sendiri Saja

Sendiri
aku berusaha untuk menulis
meski malam bertudung sepi
ketika sebuah keberadaan masa berkumpul
di lindas kekuasaan jemari halus sunyi
dalam sekelumit angin terjemahkan diam
berteriak serak tentang rasa

Sendiri
aku lukis dawai gelombang
yang menghitung detak waktu
mengitari kecipak air di dadamu
membiarkan irama malam mencari nada

Sendiri
memapah benih asa
sepanjang jalan ini
di tanam bunga cahaya
di sambut lagu sunyi
di sepanjang sisi pantai
dan rimba kota-kota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar