Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Sajak Aneh

: untukmu orang tua aneh


Hey oma!
di lesung pipimu yang tak bergigi
berjalan dari tanah lintas khatulistiwa (Borneo)
sambil menjual mantra

Hey!
bunda peot tak punya gigi
makan soto medan pakai roti
sambil bicara mengunyah daki

Oma!
nyaris kami lupa diri
kunci jampi saat kauberi
mahar kupecah, penghuni demitpun pergi

Sang Junkiers

dan teramat jauh kita tertinggal
dari sebenarnya waktu kian terjal
menjauhi setumpuk suri kejayaan masa suram
lalu menambal sulam segala kemuraman

dan kitalah benih-benih terus terjejal
berlaksa basah dijerat reinkarnasi
memenggal yang tak akan pernah mati
sebab rahasia di hulu belum jua henti