Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Aksara Di Ujung Nawala

Ketika jemari halus sang waktu memanggil jiwa
pada reguk akhir pundi-pundi lembaran kembara
jangan goreskan setumpuk ngelangut di pusara
sebab ratapmu merupa warastra yang mematah
derai riak anak-anak sungai menuju samudera
di bawah lengkung cahya nabastala lazuardi

Biar kepurnaan membuka baru goresan nawala
menjadi saksi sebuah kembara melintas mimpi
mengurai anugerah di pintu cakrawala
meniti titah sawantah dalam cakra manggilingan
di tengah riuh angin yang menyelindap sepi

Dan ia menjemputku dengan derit kerandanya
kembali ke altar pangkuan malam yang bening
mendulang getar debar dalam sajadah hening

Tidak ada komentar:

Posting Komentar