Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Lukisan Senja Yang Tak Usai

Seorang bidadari berjalan membelah ranah keterasingan
mata sayu menjelajah rekah arah tujuan
Ia tempuh
satu jiwa memanggil rindu dalam sepi
satu kehidupan bersumpah sehidup semati
satu nafas satu hati
satu asa dalam merajut lukisan
seribu angin satu tujuan

Seorang lelaki menapak bentang belantara rimba
nafas mendengus endus enigma selembar kanvas
merangkap diri sendiri dalam kabut telaga rasa
selimuti diri bersama debu-debu beringas
namun tetap satu hati
mengikat gores kasih di dahan akasia
ringkih rautnya
pasi jiwanya
bersama tubuhnya terkubur satu bidadari
dalam satu nisan jiwa

Senjakala, sebentang kisah di tapal senja

(29082010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar