Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Hutanku

Dimana kuretas peradaban
jika kertas habis dari hutan
padang-padang terpanggang arang
asap-asap menunggu dihisap
angin menggiring jatah antrian

Kemana mataair curah
jika gemunung tak rindang akar
telaga-telaga bening sumbat
di mata gergaji
hujan menjadi bah di masa tak terkira
tunas-tunas bumi sesak
bernafas sungsang dari atmosfir koyak
di depan hidung tuan nafsu tersumbat

Kantuk

Ini punggung angin
di sepenggalah hari
dengan ilir rayunya
antara keriput tambun kantung mata
setelah malam sengal
terjerang terik puting badai

Di Tiap Kilasan Senja

Saban petang
di puting senja lebam yang menyusui pengharapan
kita pernah saling berpagut dalam tangis keharuan
yang lindap di kediaman hening tertahan
entahpun angin telah menikahi kembaramu
menyelipkan banyak birahi di rimbun ilalang
namun kegadisan batin tak akan terjamah
segala rahasia antara ceruk netramu
yang lama tertumpah di dadaku

Lesi Dawai Hati

Ruang angkasa sedang tak mendengarmu
sebab suasana sarat jerit dan keluh
tiada suara kidung masih termuat
bayang-bayang mimpi bangkit dari kematian
pun tak sudi mengindah bisikan rahasiamu
iring-iring kegelapan tak sudi berhenti
di hadapan mimpi-mimpi

Sabarlah!
sebab amuk badai sedang tenggelamkan suaramu
gua-gua di lembah ngarai tak kuasa
pantulkan getar tali kecapi yang kau bunyikan
dengan waktu berjalan seperti hantu di lembah dan gua
melawan kesedihan dan duka lara
kala kunci-kunci penutup rahasia pikiran
patah oleh perasaan kian kacau

Dalam Bercangkir Kopi

Bercangkir-cangkir kopi tereguk
kugiling dalam perjalanan kantuk
terantuk wujud-wujud setengah bentuk

Di rebah ranjang yang haru biru
ceracau igau berjumpalitan
tentang kekunang cemburu mencuri mimpi
tentang cawan-cawan rindu tergilas masa pergi
tentang keberdayaan terbakar membakar hari-hari
tentang segala yang berenang-renang di genangan kopi