Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Lebay

Di kelopak hatimu
tersemayamkan segalaku
tak tersisa
meski setitik zarah
pada setiap hitungan senja tertinggal
kukumpulkan rindu dalam jilidan purnama
hingga musim kembali
bersama mengayuh cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar