Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Di Ujung Purnama

Jauh jisim merengkuh urai bentangan nafas menjejak semesta
merangkaki terjal rindu debu mendulang embun
meriak angin di bawah surya
semai uraian purnama suci
menyuluh denyut penjuru belantara raya

Namun
dahaga merupa butiran pasir belum jua purna
menggelantung di kaki-kaki cakrawala
mengerak masih karang keakuan
buta tulikan sejati pada Sang Maha

Rindu masih teramat haus akan cahya purnama kala
bermunajat dalam sujud di ujung sinarnya
mohon kembali masa bersua cumbu
pada kasih sayang Cinta


(09092010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar