Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Syukur Atas Hari Yang KAU Beri

Masa-masa ku lalui
dalam nakhoda belahan jiwa
silih berganti mengecupi suka-duka
mendulang limpahan nikmat
dari pintu-pintu langit ku dapat

Yaa ‘Alimun
upayaku mencapai ridhoMu
belum sebanding dengan nikmatMu

Yaa Samii’un
tetesan rindu dan cintaku
masih tercecer di duniaku

Yaa Rabbii
ijinkan syukur ini menggenangi rasa
menggetar dalam hening denyut aorta
dalam doa-doa
:berilah rahmat kala maut bertandang
serta ampunan setelah maut datang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar