Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Anak Duka dan Suka

Kami ini roh duka
sedangkan nestapa terlalu mulia
untuk menempati hati yang kerdil

Bila kalian tertawa suka
kami meratap lara

Sedangkan dia yang pernah di tempa bakar
dan di cuci oleh kepedihan airmata sendiri
akan suci lestari

Kalian tak menangkap jeritan kami
sebab kebisingan hiruk-pikuk peradaban hari
telah memekakkan inderamu yang tersumbat
dan mengeras karang oleh zat batu
yang tak perduli akan kebenaran

Tapi dendang lagumu sampai jua kepada malam
yang telah membisikkannya ke dalam hati
dan membukakan sanubari kami

Kami melihatmu dalam cahaya tudingan api
tapi kalian tak melihat kami
sebab di sini
kami berada dalam gelap sudut-sudut ketersisihan
yang menyandang cahya penerang hati

(31082010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar