Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Lirih

Surya berkabut hujan yang mengepung
runtuh menjadi kata-kata
secawan anggur menyisakan dingin yang mengendap
ketika salju menanam jejak dan langit merendah
menggores sejumlah tempat serta nama
dalam dinding-dinding pengap

Gempita amunisi serdadu rindu
patah di lembah-lembah ngarai
menapaki puncak gunung memanggil badai
pungut dedaunan gugur dalam liang tak bernisan
terjungkal merajam nganga luka hingga musim berkejaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar