Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Waktuku Pada Tuhan

Waktu adalah fitnah
kitari jisim yang nafsi
maka atas nama demi masa
tuntun kecilku dengan Al-HafizhMU
yaa Raqiib

Gali Tutup Lubang

Matahari netek di dada siang
pecut bebulir peluhku
lusuh di pundak, meniti ke pintu-pintu langit
merangkak dari lubang-lubang
nambal dengan lubang
hingga Ar-Rozaq cukupkan batasku