Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Nyaris Di Rengkuh Kematian

Jemari cahaya itu kembali jelang
tanpa ketuk salam membawa kemana terbang
hingga gelepar kapar sukma meregang
antara julur selang botol-botol infus
di tubuh tengah meradang
dan aroma farmasi ruang

Sekian kalinya jemari halus itu nyaris merenggut
menderai airmata cinta saling bergantian jatuh
tunggui ringkih jisim bertarung maut
sambil memainkan lembaran kisah kebersamaan
yang tertinggal dalam rentang ruang waktu

Tentulah sang penjemput janji pasti tak salah daftar
meski tak jarang pula kembali sebab dari suri
bukan!
bukan untuk kufuri nikmat anugerahNYA
namun lebih mensyukuri pertanda ke Maha-an
kala maut bertandang
serta ampunan setelah kematianku datang
Robbul'adzhim

(27112010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar