Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Ode Memori

Kita bercengkrama sua
kelu kesah dan tawa dalam asa
takdir menggiring saling berteduh
kemudian kita berucap selamat tinggal

Telah jauh ku tapaki seluruh kegelapan
sebab jejak kasihmu terkuas di kanvas kesepianku
lalu menyulamnya dari serpihan-serpihan tertinggal

Siapa akan mendengar gema cerita yang pernah tergoreskan?
Biarlah berdering keras dalam hati
hingga terungkap dalam kenangan

Lihatlah burung-burung yang berkelebat
membelah bayang-bayang awan di langit
dan ku letakkan sejumlah kenang impian
serta mendulang esok yang akan datang

Larik harmoni melingkar serta tumbuh dalam hati
selama kita masih mengenangnya

Meskipun kau pergi
aku percaya
bahwa kau masih bisa memanggil jelas nama ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar