Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Hanya Untukmu

Engkau telah ku kasihi
lebih dari ketetapan musim
yang datangnya silih berganti
pada surya yang mendera hari
hingga duduk senja meniti embun malam
merindu bias kembali mentari

Engkau telah ku sayangi
lebih abadi dari goresan candi
pada masa yang tak luntur oleh sepi sendiri
hingga meski tak jua rindu menyua tepi

Engkau sungguh telah ku cintai
dalam segala perih tembang-tembang arih lirih
mengaliri anak-anak sungai
dengan sabar serta ikhlas dalam ikatan satu hati

Tentangmu dan aku

Sungguh engkau telah ada
ketika Adam merasakan sepi sunyi keabadian nirwana
lalu merejam peluh rindu tepisah hawa di dunia

Engkau telah ku rindu cintakan cita
hingga ke setiap alir denyut nadi berhenti mengurai masa

Dan atas segala nama cinta
yang tertabur menembus jantung makna terdalam hidup semesta;
"Sungguh, cinta dan kasihsayang ini memapahku pada realita"


(01082010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar