Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Ketika Kau Bertanya

Aku belajar mengeja semesta benda
setubuhi rahim kata-kata
beranak pinak dari tumbukan rasa
sejak tumpah gulana di tanah basah
lahirkan lembaran hymne bisu
pada masa merupa batu

Kau masih bertanya;
tentang hening yang ku cacah sebagai perjamuan
tentang halus tak menjamah tepian
tentang bara tak tergantikan
Apa lagi hendak ku aduhkan..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar