Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Senja Kala Itu

Pada pagutan jemari terakhir
kita bercerita tentang senja
pada parasmu menyimpan getir
kutemukan lidah-lidah api
menggenggam alam pucat pasi

Pada sandaran terakhir kali
kuceritakan dongeng cakrawala nirmala
agar kau tetap terjaga dalam mimpi
dan jasad kita melebur merenangi dada malam

Mari senja
mari berpeluk setubuh
dengan bulan masih sepotong
sebelum kita temui wajah pagi
telanjang terbangun dari tidur
lalu kita bertemu di hari
dan tanah yang asing

(14202010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar