Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Kau Aku

Dirimu lah syair pelita
tertulis di tebing batu
kelupas isi nalarku
mengunyah dendam
guyuri lintang nirmala
gelinding dalam hening

Aku runut sepi
eja gugur buram almanak
pada sketsa wajahmu
merupa butiran pasir
renteti lembaran nafas

Pasir dan batu
hujamkan kidung absurd
menujah purnama
tiada beda
tenggelam ke cangkir kopi
serta berbatangan kretekku

(24112010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar