Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Abu Abad Dan Api Abadi

Jika bisa kau rasa peluh gulana ini
jangan turuti lemah hati
kelak kan paham jua sejati tubuh rapuhmu

Buang jauh sedu-sedan itu
tegakkan jisim dengan senyum
meski hati merejam luka duka terkulum

Tersenyumlah..!?
tersenyum meski dengan kebencian
yang mewakili suci hatimu

Atau tertawalah..!!
lengking serupa gelegar alam
mengguncang jauh ke dalam indera
dan dada-dada mereka
hingga merekah paksa sejuta hati
dari lelap tidur tradisi
para pengasuh bayi

Gaungkanlah..
gemakan lebih keras kepada langit
tunjuk dan katakan
:inilah airmata darah
dari kesucian hati yang terpasung

Lalu rangkai kepedihan
sebagai jamuan altar nisan jaman
di antara mengering telaga keabadian
:tempat para pengabdi kasih
menaburkan doa dan menziarahi cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar