Prolog:
ketika hari-hari seperti lembaran usang bagi sang pecumbu hening, di bekukannya tinta ke peti hampa, menjauhi warna lingkar melingkar kertas masa, sekedar mencari makna keterasingan jisim di tengah belantara semesta.
Gigil bulir embun menggetar jajar tebing-tebing batu
suruk dari selembar daun jatuh ke pucat bumi
basuh bantala kering yang menjaga brata dinding ruang sunyi
Detak-detik jarum samsara gugur di hamparan ubun fajar
hingga senja menitik hari
lekanglah
lepaskan dahaga
lumat tanah-tanah keterasingan
dalam kendi-kendi gulana
(E.S:06082010)
*Jiwa yang hening.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar