Kelamku tak mampu menjemput niatmu
ke sebuah altar yang belum pernah kita kenal
tempat pengakuan aksamala terbesar akan tergerai
Namun, dogma-dogma selalu menyekat
nada-nada dawai gigilkan lemahku
meski jauh di palung jiwa
kau tergores indah
dengan tinta nafas keabadian
Pada jejal-jejal rindu malam kukais kenang
rambati bentangan masa penantian
meracik panjang untaian doa dari serpihan musim
sambil mengidung syair kembara nabastala
hingga samar fajar membias embun
tersadar hanya kisah tertinggal
luka kita sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar