Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Nyanyian Hujan

Senja turun mengganti hari
bersama gelombang angin
menggulungi dedaunan jatuh ke tanah
meliuki reranting pohon dan jiwajiwa lelah
merubah lembayung petang menjadi mendung langit hitam

Hanya sentak amarah gelegar halimun
pelan-pelan menggumam
lalu putik-putik air berlomba laju deras
pada ku yang masih berteduh tegun di teras kealpaan


(15 Agustus 2010. 14:25)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar