Ketika derit detak waktu membuka sepi
derap gaungnya memantul antara lawas kelopak almanak
hingga fajar membuka bibirnya demi sambut ciuman surya
jauh membentang batas nirmala yang mampu gigilkan benak
sebab hati pernah di jinjing ke wajah kejora
Senyummu rajam dahaga
dari mentari melangkah pasti kembali bertanya
tentang rasa dan semua waktu
:bening mata hati
Bekal menghitam setelah hari-hari lembam
dari rindu kian bilur oleh dendam
menatap jauh ke alam-alam tanpa batas
memancarkan rindu yang risih
Adakah kau disana menyapa tiap senja yang jelang?
Aku disini memuja sepi yang selalu bertandang
rindu tak berarti apa-apa dalam pertemuan
:sia-sia
Seperti wajahmu;
menguap dan menjelma segumpal mega
terapung diatas pegunungan dan lembah ngarai
hingga jumpa angin sepoi basah
jatuh ke tiap hela jantung sepiku
bergabung bersama aliran anak-anak sungai
kembali sesakkan pikirku
Lalu malam menguncup hari
telah ku setubuhi keluh palung hasrat kerinduan
itu lebih getir dari pada melodi absurd apapun
dan aku gelepar di ujung bisu pualam
tercabik ketidak berdayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar