Kesunyian yang di bangun dari puing-puing tumpukan batu
berlumut di dinding-dinding malam
mengendap pada waktu yang terus menanjak
menjulang hitungi jejak dalam isyarat perjalanan panjang
Gemintang tak tumbuh pada langit kerontang
sedang detak-detik telah lenyap ke balik bumi
hanya ada unggas-unggas malam saling bermesraan
Terbaca di dada bayu
kebisuan pekat senja merah dan hujan masih basah tertahan
lalu menjadi saksi jalan-jalan berputar
seperti kata-kata
pada malam-malam meregang gigil dan menciut
Tapi surya tetap membara bumi
ketika mayat-mayat tegak dari kematiannya
Semua dalam kesunyian ini
tersusun dari puing reruntuhan dan kebisuan pintu-pintu
lorong-lorong gang dan ruang tak berujung
Kesunyian menghitam pada patung dan menjilati kalimat gelap
tapi senantiasa di baca masa dengan matanya gemeretak
memilihku menjadi salah satu dari temannya
(11 Oktober 2010 jam 15:37)
berlumut di dinding-dinding malam
mengendap pada waktu yang terus menanjak
menjulang hitungi jejak dalam isyarat perjalanan panjang
Gemintang tak tumbuh pada langit kerontang
sedang detak-detik telah lenyap ke balik bumi
hanya ada unggas-unggas malam saling bermesraan
Terbaca di dada bayu
kebisuan pekat senja merah dan hujan masih basah tertahan
lalu menjadi saksi jalan-jalan berputar
seperti kata-kata
pada malam-malam meregang gigil dan menciut
Tapi surya tetap membara bumi
ketika mayat-mayat tegak dari kematiannya
Semua dalam kesunyian ini
tersusun dari puing reruntuhan dan kebisuan pintu-pintu
lorong-lorong gang dan ruang tak berujung
Kesunyian menghitam pada patung dan menjilati kalimat gelap
tapi senantiasa di baca masa dengan matanya gemeretak
memilihku menjadi salah satu dari temannya
(11 Oktober 2010 jam 15:37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar