Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

AIRIN

Entah berapa lama rasa itu telah ada

namun tak dapat dirimu melihatnya

meski tak pernah pula sekalipun

ku tempatkan dalam titian kata-kata

seperti hening derai salju keabadian

yang mampu sembunyikan kerinduan

dalam rongga musim yang kelu

(E.S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar