Menjala lembar usang seluas samudera pada lengkung langit malam
sibak sisa bara yang tenggelam dalam lucutan lidah surya
Ku rentang tanda pada sebuah bayang
seperti suarmu menampar-nampar pantai
yang mengawali kegelapan dengan sepotong asa ke dada malam
lalu menjala gelombang kesedihan bersarang sejauh perjalanan
Burung-burung malam mematuk bintang yang mengawali kerlipnya
seperti jiwaku ketika mencintaimu
menandur benih gandum di ladang yang terbakar gerhana
dan cinta telah membuktikannya dengan bahasa airmata
*T.N
By: Mhd.Yusuf 11 Oktober 2010 jam 15:41
Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)
Setelah Kemarin Menguap Dari Endapan Buih
Label:
Perjalanan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar